Wanita Dan Rokok
Oleh Sigit Prasetyo Nugroho
Wanita itu mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam tas nya. Ia mengambil sebatang rokokdan mulai menyalakannya. “Kamu mau?”, tanyanya menawarkan sebuah rokok ke seorang pria yang seumuran dengannya. “Tidak, terima kasih, aku sudah berhenti merokok.” Jawab pria yang bernama egi tersebut.
“Kamu benar tidak merokok?” Tanya wanita yang bernama melisa tersebut. “Iya aku tidak merokok lagi, memang kenapa? “ jawab egi lantang. “Wah kamu kayak banci ya? Hahaha.” Tawanya.
“Kenapa banci, rokok itu kan tidak baik untuk kesehatan”. Ujar Egi.
“Rokok itu kan mengandung tar, nikotin dan banyak racun lainnya, dan itu bisa merusak tubuhmu.” Tambah Egi.
“Iya aku tahu, memang apa pedulimu? Ini juga badan aku.” Jawabnya dengan acuh.
“Iya aku tahu itu memang tubuhmu, tapi apa aku salah jika aku mengingatkanmu tentang bahaya rokok?”
Melisa berfikir sejenak, dia diam. “Kamu benar juga.” Ujarnya. “Tapi kalau aku tidak merokok rasanya tidak enak.” Lanjutnya.
“Aku boleh tanya sesuatu?” Ujar Egi. “Boleh, mau tanya apa?” Kata Melisa.
“Kenapa kamu jadi perokok? Apa kamu bisa menceritakannya?” Tanya Egi.
Melisa kembali diam dan menghisap rokok yang ada di sela-sela jari nya. “Baiklah akan aku ceritakan.” Kata Melisa dengan cukup terpaksa.
“Kalau kamu terpaksa menceritakannya lebih baik kamu tidak usah cerita. Aku tidak ingin memaksamu.” Kata Egi kepada wanita cantik dihadapan yang sedang sibuk menghisap rokoknya.
“Iya aku ikhlas menceritakannya.” Ujar Melisa.
Melisa mulai menceritakan awal dia mulai merokok. “Awalnya aku merokok karena ikut pergaulan dengan teman-teman ku.” Katanya. “Pertama kali aku merokok rasanya tidak enak sampai aku batuk dan tenggorokan aku gatal tapi karena sudah terbiasa jadi enak dan aku kebiasaan merokok seperti ketagihan rokok, seperti setelah makan aku pasti mau merokok.” Ujarnya.
Melisa kembali menyalakan rokok. Ia menghisapnya sebelum melanjutkan ceritanya. Sebelum Melisa melajutkan ceritanya, Egi memotong dan bertanya terlebih dahulu kepada Melisa.
“Keluarga atau pacar kamu bagaimana menanggapi kamu jadi perokok?” Tanya Egi.
“Sabar aku akan ceritain semua.” Jawab Melisa yang tak lepas dari rokok yang ada di ruas jari tangan nya.
“Pacarku sempat melarang aku merokok, tapi ketika dia melihat pacar temannya merokok juga sama seperti ku akhirnya dia mengizinkan aku tapi dengan syarat aku tidak boleh banyak merokok.” Melisa memulai ceritanya kembali .
“Nah kalau orang tua aku pasti tidak izinin aku untuk merokok lah” lanjutnya.
“Lalu kalau dirumah kamu tidak merokok ya?” Tanya Egi dengan penuh penasaran.
“Ya kalau tidak ada orang, baru aku merokok.” Jawab Melisa sambil membuang abu rokok ke asbak yang ada di depannya.
“oh begitu toh ! jadi orang tua kamu tidak tahu ya?” Tanya Egi lagi. “iya lah bisa digantung gue kalo ketahuan merokok..!” jawabnya.
“Kamu tahu bahaya rokok tapi kenapa kamu masih merokok?” Tanya Egi.
“Itu sudah jadi kebiasaan aku.” Jawabnya.
“Apa kamu ada niat untuk berhenti?” Tanya Egi lagi.
“Ya sebenarnya dalam hati mau tapi susah buat berhenti.” Ujar Melisa
“ntar dulu nih..!”
“Ini kemauan diri sendiri apa dipaksa orang lain? Hehehe..!” Tanya Egi dengan tawanya.
“Sendiri lah..!” jawab nya. “buat kesehatan sendiri kok dipaksa!” jawabnya sedikit emosi.
Melisa mematikan rokoknya. Memandang rokok yang habis dimatikannya. Melisa kembali mengingat masa lalunya. Kenapa Ia bisa jadi perokok? Padahal Ia tau kalau rokok itu nggak baik untuk kesehatannya.
”Sialan kenapa gue ngerokok?” ujar Melisa.
“Pokoknya gue harus bisa berhenti.” Ujar Melisa dalam hati.
“Gi, gue mau berhenti merokok.” Kata Melisa.
“Yakin?” Tanya Egi ke Melisa.
“Iya lah yakin. Ini udah dari dalam hati gue, kemauan gue sendiri dan harus bisa. Ini buat kesehatan gue sendiri.” Kata Melisa dengan lantang.
“Bagus, ayo dicoba Mel.” Kata Egi memberi semangat.
Melisa dan Egi tersenyum. Mereka saling memandang. “Apa kamu benar-benar yakin, Mel?” Tanya Egi.
“Iya yakinlah Gi.” Kata Melisa sambil membuang bungkus rokok yang ada di mejanya.
“Gi terima kasih ya. Kamu memang teman yang baik. Aku sayang kamu, Gi!” kata Melisa sambil memeluk Egi.
“Terima kasih untuk apa Mel?” Tanya Egi dengan wajah yang bingung karena Melisa tiba-tiba memeluknya.
“Terima kasih untuk semuanya. Kamu sudah buat aku sadar dari bahaya merokok.” Ujar Melisa.
“Sama-sama, tapi ingat ya Mel, kamu berhenti merokok harus dengan kemauan kamu sendiri bukan karena orang lain. Mel. Aku juga sayang kamu, Mel.” Kata Egi. “Tapi Ingat Mel, kamu sudah punya pacar.” Lanjut Egi sambil melepaskan pelukan dari Melisa dan keduanya tersenyum.
“Siap boss..!” jawab melisa dengan senyum yang manis dan tangan seperti member hormat.
Melisa akhirnya sadar akan bahaya dari merokok. Melisa pun menjalani hari-hari seperti biasa tetapi tanpa ada rokok di kehidupannya. Hari-hari Melisa pun semakin indah setelah Egi menyatakan cintanya ketika Melisa sudah tidak menjalin hubungan dengan pacar nya yang dulu.
Jumat, 30 Oktober 2009
Wanita Dan Rokok
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar